Home

Thursday, September 15, 2016

Stress Kerja

Robbin (2001) mendefinisikan stress sebagai kondisi dinamis dimana individu dihadapkan pada kesempatan, batasan, dan tuntutan yang berhubungan dengan apa yang dia inginkan, dan hasil dari keinginan tersebut menjadi tidak pasti dan penting.

Kreitner dan Kinicki (2001) mendefinisikan stress sebagai suatu reaksi adaptif tubuh yang dimediasi oleh karakteristik-karakteristik individual dan atau proses-proses psikologis sebagai akibat dari beberapa tindakan, situasi dan kejadian luar biasa yang membutuhkan tuntutan-tuntutan fisik dan atau psikologis khusus pada seseorang.

Wagner dan Hollenbeck (1995) menyatakan stress merupakan keadaan emosional yang tidak menyenangkan sebagai akibat ketika seseorang merasa tidak pasti atas kemampuannya untuk mengatasi tantangan yang diterima sebagai suatu nilai yang penting.

Hariandja (2002) mendefinisikan stres sebagai situasi ketegangan atau tekanan emosional yang dialami seseorang yang sedang menghadapi tuntutan yang sangat besar, hambatan-hambatan, dan adanya kesempatan yang sangat penting yang dapat mempengaruhi emosi, pikiran, dan kondisi fisik seseorang.

Sumber potensial stress kerja (job stressor) merupakan faktor-faktor yang dapat memicu munculnya stress. Menurut Robbin (2001), terdapat tiga stressor yang mengancam individu dan dapat digolongkan kedalam :
  1. Faktor lingkungan, seperti ketidakpastian ekonomi, politik dan keamanan, perubahan teknologi yang terlalu cepat.
  2. Faktor organisasional, seperti politik dan budaya organisasi, konflik peran dan ambiguitas peran, kepemimpinan, lingkungan fisik organisasi.
  3. Faktor individual, seperti persoalan keluarga, masalah keuangan, dan faktor kepribadian.
Sarafino (Smet, 1994) mengatakan bahwa stres kerja dapat disebabkan oleh :
  1. Lingkungan fisik yang terlalu menekan, seperti kebisingan, temperatur atau panas yang terlalu tinggi, udara yang lembab, dan penerangan di kantor yang kurang.
  2. Kurangnya kontrol yang dirasakan.
  3. Kurangnya hubungan interpersonal
  4. Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja. Para pekerja akan merasa stres bila mereka tidak mendapatkan promosi yang selayaknya mereka terima.
Secara umum stres kerja memiliki dampak yang merugikan baik bagi individu maupun bagi perusahaan tempat karyawan tersebut bekerja. Dampak yang dihasilkanpun sesuai dengan tingkatan dan jenis stres yang dialami oleh karyawan. Tingkatan stres ada bermacam-macam, dan oleh Brealey (2002) dibagi dalam empat tingkatan yaitu sebagai berikut :
  1. Stres yang terlalu rendah : kurangnya tantangan akan menimbulkan kebosanan, produktifitas rendah dan kurangnya prestasi pribadi. Hal ini akhirnya akan berkontribusi pada kepercayaan diri yang rendah, dan kurangnya tujuan hidup.
  2. Stres yang optimal : jumlah stres yang tepat dalam hidup akan memampukan seseorang untuk memanfaatkan peluang, bangkit untuk menghadapi tantangan, dan memperluas batasan seseorang. Seseorang akan memutuskan untuk menghadapi berbagai masalah dalam langkah-langkahnya dan memperoleh kepuasan dari sebuah pekerjaan atau dari pekerjaan yang telah diselesaikan dengan baik.
  3. Terlalu banyak stres : selain kelelahan mental dan fisik, individu akan mendorong dirinya sendiri untuk terus bekerja, tapi dengan mengurangi imbalannya. Dengan mendorong diri sendiri secara terus-menerus sampai melewati batas, akan membuatnya terus menambah kecepatan dan akhirnya menyadari bahwa tidak dapat berhenti dan rileks.
  4. Kelelahan : tanda-tanda peringatan yang menyatakan bahwa kita berada dibawah stres yang berlebihan, apabila kita tidak mengindahkannya, maka kita sangat berpeluang untuk jatuh sakit, baik secara mental maupun fisik. Yang terbaik adalah kinerja yang berubah-ubah.
Childre (2001) mengemukakan metode yang dapat digunakan untuk mengelola stres, yaitu metode freeze-frame yang mempunyai lima langkah sebagai berikut :
  1. Kenali perasaan penuh tekanan,
  2. Buatlah usaha nyata untuk mengalihkan fokus dari pikiran-pikiran yang berpacu atau emosi yang terganggu ke daerah-daerah disekitar jantung,
  3. Ingatlah selalu suatu persoalan yang positif dan menyenangkan atau saat-saat dalam hidup yang membangkitkan perasaan positif serta berusahalah untuk mengulanginya lagi,
  4. Menggunakan intuisi, pikiran yang sehat dan kesungguhan, tanyakan pada diri sendiri respon apa yang lebih efisien terhadap situasi yang dapat meminimalkan ketegangan yang timbul,
  5. Dengarkan apa yang dikatakan hati sebagai jawaban.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stress kerja menurut Badeni, (2013) adalah sebagai berikut:
  1. Persepsi. Persepsi merupakan suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka untuk memberi makna terhadap lingkungannya. Maka, individu yang memersepsikan kesan indera atas lingkungannya secara positif akan cenderung kurang stres dibandingkan dengan mereka yang memersepsikan secara negatif terhadap lingkungannya.
  2. Pengalaman menghadapi peristiwa yang menyebabkan stres. Pengalaman dalam menghadapi sebuah peristiwa akan membuat seseorang memahami apa yang akan dilakukan ketika menghadapi situasi yang penuh dengan tekanan yang dapat menyebabkan stres kepada seseorang.
  3. Kemampuan memprediksi peristiwa penyebab stres. Apabila seseorang mampu memprediksi peristiwa apa yang akan menjadi penyebab stres, maka ia dapat mempersiapkan diri untuk menghadapinya, sehingga akan dapat mengurangi tingkat stres.
  4. Jenis kepribadian (belief in locus of control-internal or external). Seseorang yang memiliki kepribadian internal locus of control ketika menghadapi situasi yang penuh stres, cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kepribadian seseorang yang external locus of control. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa mereka dengan tempat pengendalian diri dari dalam dapat mengendalikan situasi, sedangkan mereka dengan tempat pengendalian diri dari luar yakin bahwa mereka tidak dapat mengendalikan situasi.
  5. Dukungan sosial. Dukungan sosial baik dari kolegial atau atasan maupun dari keluarga akan dapat mengurangi tingkat stres, karena seseorang yang memiliki dukungan sosial dalam bekerja akan cenderung merasa nyaman dalam bekerja.
  6. Permusuhan. Seseorang yang mudah mengalami kemarahan dan permusuhan yang tinggi akan cenderung mudah terkena stres, karena sifat-sifat seperti ini terdorong oleh perasaan curiga dan tidak mempercayai orang lain.
Dalam Rahim (1996) disebutkan bahwa karakteristik pekerjaan yang menyebabkan sumber stres kerja secara konseptual terdiri dari lima dimensi, yaitu sebagai berikut:
  1. Physical Environment. Lingkungan tempat bekerja yang tidak mendukung terselenggaranya proses bekerja yang baik.
  2. Role conflict. Mengindikasikan suatu tingkatan dimana individu mengalami ketidaksesuaian antara permintaan dan komitmen dari suatu peran.
  3. Role Ambiguity.  Mengindikasikan suatu tingkatan dimana kriteria prioritas, harapan (expectations), dan evaluasi tidak disampaikan secara jelas kepada pegawai.
  4. Role Overload. Mengindikasikan suatu tingkatan dimana permintaan kerja melebihi kemampuan pegawai dan sumber daya lainnya, serta suatu keadaan dimana pegawai tidak mampu menyelesaikan beban kerja yang direncanakan.
  5. Role Insufficiency. Mengindikasikan suatu kondisi dimana pendidikan, training, keterampilan, dan pengalaman pegawai tidak sesuai dengan job requirements. 

1 comment:

  1. Thanks infonya. Oiya ngomongin stres di pekerjaan, ternyata ada loh cara sederhana untuk mengatasinya. Penasaran kayak apa? Cek di sini ya: Cara mudah atasi stres di kantor, simak baik-baik

    ReplyDelete