Home

Tuesday, October 31, 2017

Narsistik-Narsisme-Narsisisme

Istilah narsis pertama diperkenalkan oleh Havelock Ellis pada 1898, yang kemudian dikembangkan lagi dalam ilmu psikologi oleh Sigmund Freud. Kata narsis berasal dari sebuah mitologi Yunani kuno, tentang seorang pemuda tampan bernama Narsisus yang dikutuk mencintai bayangan wajahnya sendiri.

Narsisme adalah cinta diri dimana memperhatikan diri sendiri secara berlebihan, paham yang mengharapkan diri sendiri sangat superior dan amat penting, menganggap diri sendiri sebagai yang paling pandai, paling hebat, paling berkuasa, paling bagus dan paling segalanya (Chapplin, 2009).  Individu narsisme memanfaatkan hubungan sosial untuk mencapai popularitas, selalu asyik dan hanya tertarik dengan hal-hal yang menyangkut kesenangan diri sendiri (Mehdizadeh, 2010)

Orang yang narsistik akan mengalami gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian yang dimaksud adalah gangguan kepribadian narsisistik atau narcissistic personality disorder (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-Fourth Edition). Gangguan kepribadian ini ditandai dengan ciri-ciri berupa perasaan superior bahwa dirinya adalah paling penting, paling mampu, paling unik, sangat eksesif untuk dikagumi dan disanjung, kurang memiliki emPathy, angkuh dan selalu merasa bahwa dirinya layak untuk diperlakukan berbeda dengan orang lain.

Menurut menurut Sadarjoen (2005) yang mengutip Mitchell JJ dalam bukunya, The Natural Limitations of Youth, ada lima penyebab kemunculan narsis pada remaja, yaitu adanya kecenderungan mengharapkan perlakuan khusus, kurang bisa berempati dengan orang lain, sulit memberikan kasih sayang, belum punya kontrol moral yang kuat dan kurang rasional.

Narsistik adalah pola kepribadian yang didominasi oleh perasaan dirinya hebat, senang dipuji dan dikagumi serta tidak ada rasa empati. Kepribadian narsistik memiliki perasaan yang kuat bahwa dirinya adalah orang yang sangat penting serta merupakan individu yang unik. Mereka sangat sulit sekali menerima kritik dari orang lain, sering ambisius dan mencari ketenaran. Sedangkan orang-orang dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki pandangan berlebihan mengenai keunikan dan kemampuan mereka; mereka terfokus dengan berbagai fantasi keberhasilan besar (Ardani, 2011).

Hardjanta (2012) mengatakan bahwa individu dengan kecenderungan narsisistik mempunyai ciri-ciri, antara lain: suka bersolek, suka berdandan dan suka mengagumi dirinya sendiri secara berlebihan. Campbell berpendapat bahwa seseorang narsisistik mempunyai ciri-ciri, antara lain:
a. Mempunyai konsep diri yang selalu positif tentang dirinya (berpikir bahwa dirinya baik dalam hampir segala hal).
b. Egosentrisme (memikirkan dirinya sendiri tanpa mau mendengarkan pandangan orang lain).
c. Merasa diri spesial atau unik.
d. Mempunyai hubungan interpersonal yang kurang baik.

Mitchell mengkategorikan lima ciri khas orang dengan kecenderungan narsisistik, yaitu:
a. Adanya kecenderungan mengharapkan perlakuan khusus.
b. Kurang dapat berempati terhadap orang lain.
c. Sulit memberikan kasih sayang.
d. Belum punya kontrol moral yang kuat.
e. Kurang rasional.

Ditinjau dari DSM-IV menunjukkan bahwa terdapat salah satu ciri narsistik yaitu merasa layak dan memiliki kebutuhan yang eksesif untuk dikagumi. Menurut DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – Fourth Edition) individu dapat dianggap mengalami gangguan kepribadian narsissistik jika ia sekurang-kurangnya memiliki 5 (lima) dari 9 (sembilan) ciri kepribadian sebagai berikut :
1. Grandiose view of one’s importance, arrogance (Merasa diri paling hebat namun seringkali tidak sesuai dengan potensi atau kompetensi yang dimiliki dan ia senang memamerkan apa yang dimiliki termasuk gelar (prestasi) dan harta benda)
2. Preoccupation with one’s success, beauty, brilliance (Dipenuhi dengan fantasi tentang kesuksesan, kekuasaan, kepintaran, kecantikan atau cinta sejati)
3. Extreme need of admiration. (Memiliki kebutuhan yang eksesif untuk dikagumi)
4. Strong sense of entitlement (Merasa layak untuk diperlakukan secara istimewa)
5. Lacks of emPathy (Kurang empati)
6. Tendency to exploit others (Mengeksploitasi hubungan interpersonal)
7. Envy of others. (Seringkali memiliki rasa iri pada orang lain atau menganggap bahwa orang lain iri kepadanya)
8. Shows arrogant, haughty behavior or attitudes. (Angkuh, memandang rendah orang lain).
9. Believe that she or he is special and unique. (Percaya bahwa dirinya adalah spesial dan unik) (Durand dan Barlow, 2007).

No comments:

Post a Comment