Home

Thursday, September 15, 2016

Kebermaknaan Hidup

Frankl (2003) dengan teorinya yang diberi nama Logotheraphy, menyimpulkan bahwa kehidupan yang sehat adalah kehidupan yang penuh makna.

Fromm (1996) menegaskan bahwa muara dari kebermaknaan hidup adalah adanya rasa kasihan dan simpati yang merupakan dua perasaan yang berkaitan erat dengan kasih sayang, tetapi tidak sepenuhya identik. Kasih sayang yang sesungguhnya adalah bahwa seseorang sanggup "menderita dengan" atau, dalam arti yang lebih luas, mampu "merasa dengan" orang lain. Kasih sayang, cinta dan rasa kasihan secara umum, diakui merupakan pengalaman-pengalaman perasaan yang halus. Bertolak dari pandangan tersebut,

Schultz (1991) menyebutkan bahwa ada tiga sistem nilai yang merupakan sumber makna hidup.
  1. nilai-nilai daya cipta atau kreasi (creative values), artinya memberikan sesuatu yang berharga dan berguna pada kehidupan
  2. nilai-nilai penghayatan (experiental values), meyakini dan menghayati kebenaran, kebijakan, keindahan, keadilan, keimanan dan nilai-nilai yang dianggap berharga.
  3. nilai-nilai sikap (attitudinal values), yaitu menerima dengan tabah dan mengambil sikap yang tepat terhadap penderitaan yang tidak dapat dihindari lagi setelah berbagai upaya dilakukan secara optimal, tetapi tidak berhasil mengatasinya.
Logoterapi beranggapan bahwa kehendak untuk hidup bermakna merupakan dambaan manusia untuk meraih kehidupan yang dihayati bermakna dengan jalan menemukan sumber-sumber makna hidup dan merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Ada tiga asas utama logoterapi yang menjadi inti dari terapi ini, yaitu:

  1. hidup itu memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan dalam penderitaan dan kepedihan sekalipun. makna adalah sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan hidup
  2. setiap manusia memiliki kebebasan - yang hampir tidak terbatas - untuk menentukan sendiri makna hidupnya. dari sini kita dapat memilih makna atas setiap persitiwa yang terjadi dalam diri kita, apakah itu makna positif ataupun makna yang negatif. makna positif ini lah yang dimaksud dengan hidup bermakna.
  3. setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap terhadap peristiwa tragis yang tidak dapat dielakkan lagi yang menimpa dirinya sendiri dan lingkungan sekitar.
Dalam kehidupan terdapat tiga bidang kegiatan yang secara potensial mengandung nilai-nilai yang memungkinkan seseorang menemukan makna hidup di dalamnya apabila nilai-nilai ini diterapkan dan dipenuhi. ketiga nilai ini adalah sebagai berikut:

  1. creative values (nilai-nilai kreatif) : kegiatan berkarya, bekerja, mencipta serta melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab. menekuni suatu pekerjaan tertentu dan meningkatkan keterlibatan pribadi terhadap tugas serta berusaha untuk mengerjakannya dengan sebaik-baiknya merupakan salah satu contoh dari berkarya. melalui karya dan kerja manusia dapat menemukan arti hidup dan menghayati kehidupan secara bermakna.
  2. experiental values (nilai-nilai penghayatan) : keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan, keimanan, dan keagamaan, serta cinta kasih. menghayati dan meyakini suatu nilai dapat menjadikan seseorang berarti hidupnya.
  3. attitudinal values (nilai-nilai bersikap) : menerima ddengan penuh ketabahan, kesabaran dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin diletakkan lagi, seperti sakit yang tak dapat disembuhkan, kematian, dan menjelang kematian, setelah segala upaya dan ikhtiar dia lakukan secara maksimal.
Makna hidup harus dicari dan ditemukan sendiri oleh orang yang bersangkutan, maka apabila hasrat hidup bermakna tersebut terpenuhi, orang yang bersangkutan akan merasakan kehidupan bermakna. Menurut Frankl (2003) ciri-ciri orang yang merasakan hidup bermakna, dijelaskan sebagai berikut ini:

  1. menjalani kehidupan sehari-hari dengan semangat dan penuh gairah serta jauh dari perasaaan hampa
  2. tujuan hidup, baik jangka pendek dan jangka panjang jelas, sehingga mereka jadi lebih terarah dan merasakan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai
  3. tugas-tugas dan pekerjaan sehari-hari merupakan sumber kepuasan dan kesenangan tersendiri, sehingga dalam pengerjaannya semangat dan bertanggung jawab
  4. mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, artinya menyadari pembatasan-pembatasan lingkungan, tetapi dalam keterbatasan itu tetap dapat menentukan sendiri apa yang paling baik untuk dilakukan
  5. menyadari makna hidup dapat ditemukan dalam kehidupan betapapun buruknya keadaan, menghadapinya dengan tabah dan menyadari bahwa hikmah selalu ada dibalik penderitaan
  6. kemampuan untuk menentukan tujuan-tujuan pribadi dan menentukan makna hidup sebagai sesuatu yang sangat berharga dan tinggi nilainya
  7. mampu mencintai dan menerima cinta kasih orang lain serta menyadari bahwa cinta kasih merupakan salah satu nilai hidup yang menjadikan hidup ini indah
Berdasarkan teori Frankl (dalam Bastaman, 1996), rumusan tentang individu yang menjalani kehidupan bermakna dan memiliki kebermaknaan hidup mempunyai karakteristik sebagai berikut:

  1. bertanggung jawab secara pribadi dalam mengarahkan hidupnya dalam menyikapi nasib dan takdir
  2. mengenali diri sendiri dan menyadari dirinya sebagai makhluk Tuhan
  3. memiliki kendali atau kontrol dan sadar terhadap hidupnya
  4. memiliki kebebasan untuk memilih cara bertindak dan bersikap sesuai dengan dirinya
  5. memiliki kemampuan memberi dan menerima cinta
  6. mampu melakukan transendensi diri/melampaui atau mengatasi diri
  7. berorientasi pada masa depan dan bersikap optimis
  8. tidak ditentukan oleh kekuatan di luasr diri mereka sendiri
  9. memiliki dasar untuk terus menjalani hidup
Menurut Crumbaugh & Mahollick (dalam Koeswara, 1992) terdapat enam aspek dalam kebermaknaan hidup.

  1. makna hidup. segala sesuatu yang dianggap penting dan berharga bagi seseorang dan memberi nilai khusus, serta dapat dijadikan sebagai tujuan hidup bagi individu tersebut
  2. kepuasan hidup. penilaian seseorang terhadap hidup yang dijalaninya, sejauhmana ia mampu menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup dan segala aktifitas yang dilakukannya
  3. kebebasan hidup. perasaan mampu mengendalikan kebebasan hidupnya secara bertanggung jawab
  4. sikap terhadap kematian. pandangan dan kesiapan seseorang terhadap kematian yang akan dihadapi oleh setiap manusia
  5. pikiran tentang bunuh diri. pikiran seseorang untuk melakukan perbuatan bunuh diri
  6. kepantasan hidup. penilaian seseorang terhadap hidupnya, sejauhmana ia merasa bahwa apa yang telah ia alami dalam hidup adalah sebagai sesuatu yang wajar
Bastaman (1997) menyebutkan faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi kebermaknaan hidup yang terdiri dari:
1. faktor eksternal
a. sarana dan prasarana: berbagai macam fasilitas yang ada yang lebih bersifat fisik yang nantinya dapat membantu dalam proses pelaksanaan pekerjaan yang dapat menunjang kelancarannya
b. aturan dan norma: adanya aturan dan norma yang baku yang telah disepakati bersama yang nantinya dapat memberikan ikatan secara hukum yang sah dan dapat memberikan pula arahan yang lebih jelas tentang perilaku kehidupan sehari-hari
c. suasana dan kondisi lingkungan: keadaan lingkungan tempat individu tinggal yang nantinya juga dapat memberikan dukungan pada pemenuhan makna kehidupan individu

2. faktor eksternal
a. Creative values (nilai-nilai kreatif) : bekerja dan berkarya serta melaksanakan tugas dengan keterlibatan dan tanggung jawab penuh pada pekerjaan. Sebenarnya pekerjaan hanyalah sarana yang dapat memberikan kesempatan untuk menemukan dan mengembangkan makna hidup. Makna hidup bukan terletak pada pekerjaan melainkan pada sikap dan cara kerja yang mencerminkan keterlibatan pribadi pada pekerjaannya. Berbuat kebajikan dan melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi lingkungan termasuk usaha merealisasikan nilai-nilai kreatif.
b. Experiential values (nilai-nilai penghayatan) : meyakini dan menghayati akan kebenaran, kebajikan, keindahan, keadilan, keimanan, dan nilai-nilai lain yang dianggap berharga. Dalam hal ini cinta kasih merupakan nilai yang sangat penting dalam mengembangkan hidup yang bermakna. Mencintai seseorang berarti menerima sepenuhnya keadaan seseorang yang dicintai seperti apa adanya serta benar-benar memahami kepribadiannya dengan penuh pengertian. Dengan jalan mengasihi dan dikasihi, seseorang akan merasakan hidupnya sarat dengan pengalaman-pengalaman penuh makna dan membahagiakan.
c. Attitudional values (nilai-nilai bersikap) : menerima dengan tabah dan mengambil sikap yang tetap terhadap penderitaan yang tak pernah dapat dihadiri lagi setelah berbagai upaya dilakukan secara optimal tetapi tak berhasil mengatasinya. Mengingat peristiwa yang tragis tak dapat dielakkan lagi, maka sikap menghadapinyalah yang perlu diubah. Dengan mengubah sikap diharapkan beban mental akibat musibah mengurang, bahkan mungkin saja dapat memberikaan pengalaman berharga bagi para penderita yang dalam bahasa sehari-hari hikmah. Penderitaan dapat memberikan makna apabila penderita mampu mengatasinya dengan baik, sekurang-kurangnya dapat menerima keadaannya setelah upaya maksimal dilakukan tetapi tetap tidak berhasil mengatasi. Optimisme dalam menghadapi musibah ini tersirat dalam ungkapan-ungkapan seperti "makna dalam derita" (meaning in suffering) dan " hikmah dalam musibah" (blessing in disguise).

Menurut Frankl (2003) karakteristik makna hidup meliputi tiga sifat, yaitu

  1. makna hidup sifatnya unik dan personal. apa yang dianggap berarti bagi seseorang belum tentu berarti bagi orang lain. bahkan mungkin apa yang dianggap penting dan bermakna pada saat ini oleh seseorang, belum tentu sama bermaknanya bagi orang itu pada saat yang lain. dalam hal ini makna hidup seseorang dan apa yang bermakna baginya biasanya bersifat khusus, berbeda dengan orang lain dan mungkin dari waktu ke waktu berubah pula
  2. makna hidup sifatnya spesifik dan konkrit. dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan nyata sehari-hari dan tidak selalu harus dikaitkan dengan tujuan-tujuan idealis, prestasi-prestasi akademis yang tinggi, atau hasil-hasil filosofis yang kreatif.
  3. makna hidup sifatnya memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan. makna hidup seakan-akan menantang (challenging) dan mengundang (inviting) seseorang untuk memenuhinya. begitu makna hidup ditemukan dan tujuan hidup ditentukan, maka seseorang akan terpanggil untuk melaksanakan dan memenuhinya. kegiatan-kegiatan yang dilakukannya pun menjadi lebih terarah.
Berdasarkan hasil temuan studi kasus yang dilakukan Bastaman (1996) yaitu mengenai komponen dan proses keberhasilan mengembangkan penghayatan hidup bermakna, ia mengkategorikan ke dalam empat dimensi, yaitu:

  1. dimensi personal terdiri dari pemahaman diri dan pengubahan sikap
  2. dimensi sosial mencakup dukungan sosial, faktor pemicu kesadaran diri dan model ideal pengarahan diri
  3. dimensi nilai-nilai meliputi pencarian makna hidup secara aktif, penemuan makna hidup, keterikatan diri terhadap makna hidup, kegiatan terarah pada tujuan, tantangan dan keberhasilan memenuhi makna hidup
  4. dimensi spiritual terdiri dari keimanan sebagai dasar dari kehidupan beragama.

No comments:

Post a Comment