Istilah narsis pertama diperkenalkan oleh Havelock Ellis pada 1898, yang
kemudian dikembangkan lagi dalam ilmu psikologi oleh Sigmund Freud. Kata
narsis berasal dari sebuah mitologi Yunani kuno, tentang seorang pemuda tampan
bernama Narsisus yang dikutuk mencintai bayangan wajahnya sendiri.
Narsisme adalah cinta diri
dimana memperhatikan diri sendiri
secara berlebihan, paham yang
mengharapkan diri sendiri sangat
superior dan amat penting,
menganggap diri sendiri sebagai yang
paling pandai, paling hebat, paling
berkuasa, paling bagus dan paling
segalanya (Chapplin, 2009). Individu
narsisme memanfaatkan hubungan
sosial untuk mencapai popularitas,
selalu asyik dan hanya tertarik dengan
hal-hal yang menyangkut kesenangan
diri sendiri (Mehdizadeh, 2010)
Orang yang narsistik akan mengalami gangguan kepribadian. Gangguan
kepribadian yang dimaksud adalah gangguan kepribadian narsisistik atau
narcissistic personality disorder (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders-Fourth Edition). Gangguan kepribadian ini ditandai dengan ciri-ciri
berupa perasaan superior bahwa dirinya adalah paling penting, paling mampu, paling unik, sangat eksesif untuk dikagumi dan disanjung, kurang memiliki
emPathy, angkuh dan selalu merasa bahwa dirinya layak untuk diperlakukan
berbeda dengan orang lain.
Menurut menurut Sadarjoen (2005)
yang mengutip Mitchell JJ dalam bukunya, The Natural Limitations of Youth, ada
lima penyebab kemunculan narsis pada remaja, yaitu adanya kecenderungan
mengharapkan perlakuan khusus, kurang bisa berempati dengan orang lain, sulit
memberikan kasih sayang, belum punya kontrol moral yang kuat dan kurang
rasional.
Narsistik adalah pola kepribadian yang didominasi oleh perasaan dirinya hebat, senang dipuji dan dikagumi serta tidak ada rasa empati. Kepribadian narsistik
memiliki perasaan yang kuat bahwa dirinya adalah orang yang sangat penting
serta merupakan individu yang unik. Mereka sangat sulit sekali menerima kritik
dari orang lain, sering ambisius dan mencari ketenaran. Sedangkan orang-orang
dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki pandangan berlebihan mengenai
keunikan dan kemampuan mereka; mereka terfokus dengan berbagai fantasi
keberhasilan besar (Ardani, 2011).
Hardjanta (2012) mengatakan bahwa individu dengan kecenderungan
narsisistik mempunyai ciri-ciri, antara lain: suka bersolek, suka berdandan dan
suka mengagumi dirinya sendiri secara berlebihan. Campbell berpendapat bahwa
seseorang narsisistik mempunyai ciri-ciri, antara lain:
a. Mempunyai konsep diri yang selalu positif tentang dirinya (berpikir bahwa
dirinya baik dalam hampir segala hal).
b. Egosentrisme (memikirkan dirinya sendiri tanpa mau mendengarkan
pandangan orang lain).
c. Merasa diri spesial atau unik.
d. Mempunyai hubungan interpersonal yang kurang baik.
Mitchell mengkategorikan lima ciri khas orang dengan kecenderungan narsisistik, yaitu:
a. Adanya kecenderungan mengharapkan perlakuan khusus.
b. Kurang dapat berempati terhadap orang lain.
c. Sulit memberikan kasih sayang.
d. Belum punya kontrol moral yang kuat.
e. Kurang rasional.
Ditinjau dari DSM-IV menunjukkan bahwa terdapat salah satu ciri narsistik yaitu
merasa layak dan memiliki kebutuhan yang eksesif untuk dikagumi. Menurut DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – Fourth
Edition) individu dapat dianggap mengalami gangguan kepribadian narsissistik
jika ia sekurang-kurangnya memiliki 5 (lima) dari 9 (sembilan) ciri kepribadian
sebagai berikut :
1. Grandiose view of one’s importance, arrogance (Merasa diri paling hebat
namun seringkali tidak sesuai dengan potensi atau kompetensi yang dimiliki
dan ia senang memamerkan apa yang dimiliki termasuk gelar (prestasi) dan
harta benda)
2. Preoccupation with one’s success, beauty, brilliance (Dipenuhi dengan fantasi
tentang kesuksesan, kekuasaan, kepintaran, kecantikan atau cinta sejati)
3. Extreme need of admiration. (Memiliki kebutuhan yang eksesif untuk
dikagumi)
4. Strong sense of entitlement (Merasa layak untuk diperlakukan secara
istimewa)
5. Lacks of emPathy (Kurang empati)
6. Tendency to exploit others (Mengeksploitasi hubungan interpersonal)
7. Envy of others. (Seringkali memiliki rasa iri pada orang lain atau menganggap
bahwa orang lain iri kepadanya)
8. Shows arrogant, haughty behavior or attitudes. (Angkuh, memandang rendah
orang lain).
9. Believe that she or he is special and unique. (Percaya bahwa dirinya adalah
spesial dan unik) (Durand dan Barlow, 2007).
No comments:
Post a Comment