Konsep efikasi diri sebenarnya adalah inti dari teori sosial kognitif yang dikemukakan oleh Albert Bandura yang menerkankan peran belajar observasional, pengamatan sosial dan determinisme timbal balik dalam pengembangan kepribadian. Menurut Bandura (dalam Jess Feist & Feist, 2010) efikasi diri adalah keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap fungsi orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan. Bandura juga menggambarkan efikasi diri sebagai penentu bagaimana orang merasa, berfikir, memotivasi diri dan berperilaku (Bandura, 1994). Bandura (Santrock, 2007) mengatakan bahwa efikasi diri berpengaruh besar terhadap perilaku.
Alwisol (2009), menyatakan bahwa efikasi diri sebagai persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu, efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan.
Schunk (Anwar, 2009) mengatakan bahwa efikasi diri sangat penting perannya dalam mempengaruhi usaha yang dilakukan, seberapa kuat usahanya dalam memprediksi keberhasilan yang akan dicapai. Sejalan dengan Woolfolk (Anwar, 2009) bahwa efikasi diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri atau tingkat keyakinan mengenai seberapa besar kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas tertentu untuk mencapai hasil tertentu.
Menurut Bandura (dalam Ghufron, 2010), efikasi diri tiap individu akan berbeda antara satu individu dengan yang lainnya berdasarkan tiga dimensi. Berikut adalah tiga dimensi tersebut, yaitu :
a. Tingkat, dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannya. Dimensi ini memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang dirasa mampu dilakukannya dan menghindari tingkah laku yang berada di luar batas kemampuan yang dirasakannya.
b. Kekuatan, dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya. Dimensi ini biasanya berkaitan langsung dengan dimensi level, yaitu makin tinggi level taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya.
c. Generalisasi, dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu merasa yakin akan kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya.
Menurut Bandura (dalam Jess Feist & Feist, 2010) efikasi diri dapat ditumbuhkan dan dipelajari melalui empat hal, yaitu :
a. Pengalaman menguasai sesuatu, yaitu performa masa lalu. Performa yang berhasil akan menaikkan efikasi diri individu, sedangkan pengalaman pada kegagalan akan menurunkannya. Setelah efikasi diri kuat dan berkembang melalui serangkaian keberhasilan, dampak negatif dari kegagalan-kegagalan yang umum akan terkurangi secara sendirinya.
b. Modeling sosial. Pengamatan terhadap keberhasilan orang lain dengan kemampuan yang sebanding dalam mengerjakan suatu tugas akan meningkatkan efikasi diri individu dalam mengerjakan tugas yang sama. Pengamatan terhadap kegagalan orang lain akan menurunkan penilaian individu mengenai kemampuannya dan individu akan mengurangi usaha yang dilakukannya.
c. Persuasi sosial. Individu diarahkan berdasarkan nasihat, saran dan bimbingan sehingga dapat meningkatkan keyakinannya tentang kemampuan-kemampuan yang dimiliki dapat membantu tercapainya tujuan yang diinginkannya. Pengaruh persuasi tidaklah terlalu besar, dikarenakan tidak memberikan pengalaman yang dapat langsung dialami atau diamati individu.
d. Kondisi fisik dan emosional. Emosi yang kuat biasanya akan mengurangi performa, saat seseorang mengalami ketakutan yang kuat, kecemasan akut, atau tingkat stress yang tinggi, kemungkinan akan mempunyai ekspektasi efikasi yang rendah.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efikasi diri, antara lain : (Bandura, dalam Anwar 2009)
a. Budaya mempengaruhi efikasi diri melalui nilai, kepercayaan dan proses pengaturan diri yang berfungsi sebagai sumber penilaian efikasi diri dan juga sebagai konsekuensi dari keyakinan akan efikasi diri.
b. Jenis kelamin. Hal ini dapat dilihat dari penelitian Bandura (1997) yang menyatakan bahwa wanita efikasi dirinya lebih tinggi dalam mengelola perannya. Wanita yang memiliki peran selain sebagai ibu rumah tangga, juga sebagai wanita karir akan memiliki efikasi diri yang tinggi dibandingkan dengan pria yang bekerja.
c. Sifat dari tugas yang dihadapi. Semakin kompleks suatu tugas yang dihadapi oleh individu maka akan semakin rendah individu tersebut menilai kemampuannya. Sebaliknya, jika individu dihadapkan pada tugas yang mudah dan sederhana maka akan semakin tinggi individu tersebut menilai kemampuannya.
d. Insentif eksternal. Bandura menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan efikasi diri adalah competent contingens incentive, yaitu insentif yang diberikan oleh orang lain yang merefleksikan keberhasilan seseorang.
e. Status atau peran individu dalam lingkungan. Status yang lebih tinggi akan memperoleh derajat kontrol yang lebih besar sehingga efikasi diri yang dimilikinya juga tinggi. Begitu pula sebaliknya.
f. Informasi tentang kemampuan diri. Efikasi diri yang tinggi dapat diperoleh dari informasi positif mengenai dirinya, sementara individu akan memiliki efikasi diri yang rendah, jika ia memperoleh informasi negatif mengenai dirinya.
Bandura (1994) menjelaskan mengenai pengaruh dan fungsi efikasi diri, yaitu:
a. fungsi kognitif. efikasi diri yang kuat akan mempengaruhi tujuan pribadinya dan mempengaruhi bagaimana individu tersebut menyiapkan langkah-langkah antisipasi bisa usahanya yang pertama gagal dilakukan.
b. fungsi motivasi. efikasi diri akan berpengaruh terhadap aktivitas yang dipilih, keras atau tidaknya dan tekan atau tidaknya individu dalam usaha mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
c. fungsi afeksi. mengontrol stress yang terjadi. Bandura menyatakan bahwa efikasi diri mengatur perilaku untuk menghindari suatu kecemasan.
d. fungsi selektif akan mempengaruhi pemilihan aktivitas atau tujuan yang akan diambil oleh individu.
c. Generalisasi, dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu merasa yakin akan kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya.
Menurut Bandura (dalam Jess Feist & Feist, 2010) efikasi diri dapat ditumbuhkan dan dipelajari melalui empat hal, yaitu :
a. Pengalaman menguasai sesuatu, yaitu performa masa lalu. Performa yang berhasil akan menaikkan efikasi diri individu, sedangkan pengalaman pada kegagalan akan menurunkannya. Setelah efikasi diri kuat dan berkembang melalui serangkaian keberhasilan, dampak negatif dari kegagalan-kegagalan yang umum akan terkurangi secara sendirinya.
b. Modeling sosial. Pengamatan terhadap keberhasilan orang lain dengan kemampuan yang sebanding dalam mengerjakan suatu tugas akan meningkatkan efikasi diri individu dalam mengerjakan tugas yang sama. Pengamatan terhadap kegagalan orang lain akan menurunkan penilaian individu mengenai kemampuannya dan individu akan mengurangi usaha yang dilakukannya.
c. Persuasi sosial. Individu diarahkan berdasarkan nasihat, saran dan bimbingan sehingga dapat meningkatkan keyakinannya tentang kemampuan-kemampuan yang dimiliki dapat membantu tercapainya tujuan yang diinginkannya. Pengaruh persuasi tidaklah terlalu besar, dikarenakan tidak memberikan pengalaman yang dapat langsung dialami atau diamati individu.
d. Kondisi fisik dan emosional. Emosi yang kuat biasanya akan mengurangi performa, saat seseorang mengalami ketakutan yang kuat, kecemasan akut, atau tingkat stress yang tinggi, kemungkinan akan mempunyai ekspektasi efikasi yang rendah.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efikasi diri, antara lain : (Bandura, dalam Anwar 2009)
a. Budaya mempengaruhi efikasi diri melalui nilai, kepercayaan dan proses pengaturan diri yang berfungsi sebagai sumber penilaian efikasi diri dan juga sebagai konsekuensi dari keyakinan akan efikasi diri.
b. Jenis kelamin. Hal ini dapat dilihat dari penelitian Bandura (1997) yang menyatakan bahwa wanita efikasi dirinya lebih tinggi dalam mengelola perannya. Wanita yang memiliki peran selain sebagai ibu rumah tangga, juga sebagai wanita karir akan memiliki efikasi diri yang tinggi dibandingkan dengan pria yang bekerja.
c. Sifat dari tugas yang dihadapi. Semakin kompleks suatu tugas yang dihadapi oleh individu maka akan semakin rendah individu tersebut menilai kemampuannya. Sebaliknya, jika individu dihadapkan pada tugas yang mudah dan sederhana maka akan semakin tinggi individu tersebut menilai kemampuannya.
d. Insentif eksternal. Bandura menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan efikasi diri adalah competent contingens incentive, yaitu insentif yang diberikan oleh orang lain yang merefleksikan keberhasilan seseorang.
e. Status atau peran individu dalam lingkungan. Status yang lebih tinggi akan memperoleh derajat kontrol yang lebih besar sehingga efikasi diri yang dimilikinya juga tinggi. Begitu pula sebaliknya.
f. Informasi tentang kemampuan diri. Efikasi diri yang tinggi dapat diperoleh dari informasi positif mengenai dirinya, sementara individu akan memiliki efikasi diri yang rendah, jika ia memperoleh informasi negatif mengenai dirinya.
Bandura (1994) menjelaskan mengenai pengaruh dan fungsi efikasi diri, yaitu:
a. fungsi kognitif. efikasi diri yang kuat akan mempengaruhi tujuan pribadinya dan mempengaruhi bagaimana individu tersebut menyiapkan langkah-langkah antisipasi bisa usahanya yang pertama gagal dilakukan.
b. fungsi motivasi. efikasi diri akan berpengaruh terhadap aktivitas yang dipilih, keras atau tidaknya dan tekan atau tidaknya individu dalam usaha mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
c. fungsi afeksi. mengontrol stress yang terjadi. Bandura menyatakan bahwa efikasi diri mengatur perilaku untuk menghindari suatu kecemasan.
d. fungsi selektif akan mempengaruhi pemilihan aktivitas atau tujuan yang akan diambil oleh individu.
Renungan Harian katolik
ReplyDelete